BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Pendidikan
secara umum, merupakan suatu usaha untuk menambah kecakapan, pengertian dan
sikap belajar dan pengalaman yang diperlukan untuk mementingkan kelangsungan
hidup serta mencapai tujuan hidup. Usaha tersebut terdapat baik dalam
masyarakat yang sudah maju atau masyarakat yang sangat maju.
Belajar
mengajar sebagai salah satu proses merupaka suatu sistem yang tidak terlepas
dari komponen-komponen lain yang saling berinterajsi di dalamnya. Salah satu
komponen dalam proses tersebut adalah sumber belajar. Sumber belajar tidak lain
adalah daya yang bisa dimannfaatkan guna kepentingan proses belajar mengajar,
baik secara langsung ataupun tidak langsung. Olehnya itu, dalam desain
pengajaran yang bisa disusun guru
terdapat salah satu komponen pengajaran. Begitu juga pendidik atau guru
merupakan seorang fasilitator, yang bertugas memfasilisasi aspek kognitif,
afektif, dan psikomotorik dalam proses pembelajaran. Seorang pendidik harus
mampu membangun suasana belajar yang kondusif sehingga siswa mampu belajar
sendiri.
Interaksi
edukatif sebenarnya komunikasi timbal balik antara pihak yang satu dengan pihak
yang lain, sudah mengandung maksud-maksud tertentu, yakni untuk mencapai
pengertian bersamaan yang kemudian untuk mencapai tujuan (dalam kegiatan
belajar berarti untuk mencapai tujuan belajar).
Interaksi
yang dikatakan sebagai interksi edukatif, apabila secara sadar mempunyai tujuan
untuk mendidik, untuk mengantarkan anak didik ke arah kedewasaannya.
B. Rumusan
Masalah
1. Menjelaskan
pengertian Interaksi edukatif !
2. Menjelaskan
ciri-ciri Interaksi edukatif !
3. Menjelaskan
Pengertian Pengelolaan Kelas !
4. Menjelaskan
permasalahan yang dihadapi oleh guru !
C. Tujuan
Penulisan
1. Untuk
mengetahui suatu kepandaian, kecakapan atau konsep yang sebelumnya tidak pernah
diketahui.
2. Dapat
mengerjakan sesuatu yang sebelumnya tidak dapat berbuat, baik tingkah laku
maupun keterampilan.
3. Mampu
mengombinasikan dua pengetahuan atau lebih kedalam suatu pengertian yang baru,
baik keterampilan, pengetahuan, dam konsep.
4. Dapat
memahami atau menerapkan pengetahuan yang telah diperoleh.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Interaksi Edukatif
Interaksi
edukatif adalah interaksi yang berlangsung dalam suatu ikatan untuk tujuan
pendidikan dan pengajaran. Interaksi edukatif sebenaranya komunikasi timbal
balik antara pihak yang satu dengan pihak yang lain, sudah mengandung
maksud-maksud tertentu yakni untuk mencapai tujuan (dalam kegiatan belajar
berarti untuk mencapai tujuan belajar).
Interaksi
yang dikatakan sebagai interaksi edukatif, apabila secara sadar mempunyai
tujuan untuk mendidik, untuk mengantarkan anak didik ke arah kedewasaannya.
Kegiatan
komunikasi bagi diri manusia merupakan bagian yang hakiki dalam kehidupannya.
Kalau dihubungkan dengan istilah interaksi edukatif sebenarnya komunikasi
timbal balik antar pihak yang stu dengan pihak yang lain, sudah mengandung
maksud-maksud tertentu, tidak semua bentuk dan kegiatan interaksi dalam sauatu
kehidupan berlangsung dalam suasana interaksi edukatif, yang di desain untuk
suatu tujuan tertentu. Demikian juga tentunya hubungan antar guru dan siswa,
anak buah dengan pimpinannya, antara guru dengan pimpinannya serta lail-lain.
Walaupun tidak dapat di ingkari, banyak peristiwa atau bentuk interaksi yang
secara tidak sengaja atau di rencana, kadang-kadang menimbulakan pengalaman
baru yang dapat dimanfaatkan oleh orang yang menyifati, sehingga di jadikan
pengetahuan dan pengalaman.
Proses
belajr mengajar akan senantias merupakan proses kegiatan interaksi antara dua
unsur manusiawi, yakni siswa sebagai pihak uang belajar dan guru sebagai pihak
yang mengajar, dengan siswa sebagai subjek pokoknya. Dalam proses interaksi
antara siswa dengan guru, dibutuhkan komponen-komponen, komponen-komponen
tersebut dalam berlangsungnya preoses belajar tidak dapat dipisahkan. Dan perlu
di tegaskan bahwa proses teknis ini juga tidak dapat dilepasakan dari segi
normatisnya, segi normatif inilah yang mendasari proses belajar mengajar.
Interaksi edukatif yang secara spesifik merupakan proses atau interaksi belajar
mengajar itu, memiliki ciri-ciri yang membedakan dengan bentuk interaksi yang
lain.
Pendidikan
dan pengajaran adalah salah satu uasaha yang bersifat sadar tujuan yang dengan
sistematis terarah pada perubahan tingkah laku menuju kedewasaan anak didik.
Pengajaran merupakan proses yang berfungsi membimbing para pelajar atau siswa
di dalam kehidupan, yakni membimbing mengembangkan diri sesuai dengan tugas
perkembangan yang harus dijalankan oleh para siswa itu. Tugas perkembangan itu
akan mencakup kebutuhan hidup baik individu maupun sebagai masyarakat dan juga
sebagai makhluk ciptaan Tuhan.
B. Ciri-ciri
Interaksi Edukatif
1. Ada
tujuan yang ingin dicapai
2. Ada
bahan atau pesan yang menjadi isi interaksi
3. Ada
pelajar yang aktif mengalami
4. Ada
guru yang melaksanakan
5. Ada
metode untuk mencapai tujuan
6. Ada
situasi yang memungkinkan proses belajar mengajar berjalan dengan baik
7. Ada
penilaian terhadap hasil interaksi
Untuk memahami pengetahuan tentang interaksi edukatif atau dalam kegiatan
pengajaran secara khusus dikenal dengan “Interaksi Belajar Mengajar” yang titik
penekanannya pada unsur motifasi, maka telebih dulu perlu dipahami hal-hal yang
mendasarinya. Sekurang-kurangnya harus memahami kapan suatu interaksi itu
dikatakan sebagai interaksi edukatif, termasuk pemahaman trhadap konsep belajar
dan mengajar. Setelah itu perlu dikaji tujuan pendidikan dan pengajaran sebagai
dasar motifasi dengan segala jenisnya serta apapula yang dimaksud dengan
motofasi dan kegiatan dalam belajar. Dan persoalan dasar yang tidak dapat
ditinggalkan dalam pembicaraan interaksi belajar mengajar ini, adalah pemahaman
terhadap siapa guru yang dikatakan sebagai tenaga profesional kependidikan itu
dan siapa pula siswa yang dikatakan sebagai subjek belajar itu bagi guru yang
memahami akan keprofesiannya dan menerti tentang diri anak didiknya, maka dapat
melakukan kegiatan interaksi dan motifasi secara mantap. Kemudian
operasionalisasinya, guru harus juga memahami dan melaksanakan pengelolaan
interaksi belajar mengajar.
C. Pengertian
Pengelolaan Kelas
Pengelolaan kelas merupakan seperangkat
perilaku yang kompleks dimana guru menggunakan untuk menata dan memelihara
kondisi kelas yang akan memampukan para siswa mencapai tujuan pembelajaran yang
efisien.
Lebih lanjut Wilford mengemukakan
mengenai pandangan-pandangan yang bersifat filosofis dan opersional dalam
pengelolaan kelas:
1. Pendekatan
otoriter
2. Pendekatan
intimidasi
3. Pendakatan
permisif
4. Pendekatan
resep makanan
5. Pendekatan
pengajaran
6. Pendekatan
modifikasi perilaku
7. Pendekatan
iklim sosio-emosional
8. Pendekatan
sistem operasi kelompok/ dinamika kelompok
Ada sejumlah rambu-rambu yang umum yang
dapat di jadikan acuan baik pada konsep pengajaran maupun pendidikan:
1. Kelas
dikelolah dengan pola “Semua Keperluan”.
Maksudnya, bahwa kelas
di setting sedemikian rupa untuk dapat melayani semua keperluan dari para
pengguna kelas.
2. Pencahayaan
dan Kebisingan
Banyak tempat-tempat
pendidikan pencahayaan ruang tidak menjadi prioritas. Di samping aspek cahaya
juga aspek sirkulasi udara. Akibatnya, para siswa yang belajar cepat merasa
lelah karena pengaruh dari pendengaran dan penglihatan.
3. Tata
Letak Pengaturan Kursi
Jarak antara kursi satu
dengan kursi untuk siswa tidak ada aturan baku, hanya pada konsep psikologi
sosial di singgung bahwa setiap manusia memiliki teritori atau wilayah pribadi.
Beberapa penelitian yang dilakukan Morgan (1970) di temukan bahwa orang merasa
aman jika wilayah sekitarnya memiliki jarak lingkar sekitar 0,5 s/d 1,00 m.
Sedangkan jika lebih dari itu maka mereka akan merasa tersingkirkan dari
lingkungan.
4. Dinding
dan Papan Tulis
Dinding di maksud dalam
hal ini adalah warna dinding ruang belajar atau kelas. Banyak penelitian yang
menyatakan bahwa warna ini memengaruhi kondisi psikologis dari orang yang
berada di ruangan tersebut. Untuk kelas belajar sangat di sarankan warna yang
dipilih adalah lembut, bukan cerah atau gelap. Sedangkan papan tulis yang di
gunakan harus kontras, karena akan memengaruhi hasil tulisan.
5. Lantai
Ruang
Lantai ruang yang
dimaksud adalah lantai ruang belajar
yang di gunakan untuk proses pembelajaran. Ada sebagian pendapat bahwa ruang
belajar harus ditutup karpet, ada sebagian yang berpendapat tidak harus.
Pendapat ini tidak perlu di pertentangkan karena kedua hal ini tidak berkaitan
langsung dengan proses belajar. Hanya yang di pentingkan adalah kenyamanan yang
tercipta karena warna lantai.
Dapat
dikatakan bahwa tempat bekerja, areal kerja, suasana kelas sangat tergantung
pada ukuran dan bentuk, serta bagaimana bagian-bagian ruang itu digunakan,
termasuk di dalamnya:
· Pengaturan
meja guru, lemari penyimpanan dokumen, proyektor OHP dll
Maksudnya ialah ketiga
sarana tadi harus dalam posisi yang berdekatan agar mudah di jangkau oleh guru
dalam mengembangkan interaksi pembelajaran bersama siswa. Tidak ada yang baku
untuk meletakkan benda-benda ini.
· Lemari
Buku
Maksudnya ialah bahwa
di ruang belajar sebaiknya tersedia lemari buku. Lemari ini berfungsi baik
untuk siswa atau untuk guru. Tata letak tidak ada ketentuan yang baku, hanya
aspek estetika dan kepraktisan perlu diperhatikan.
Setelah
kita memahami kelas sebagai sarana atau tempat proses belajar, persoalan lebih
lanjut ialah bagaimana mengelolah kelas itu agar di dalamnya terjadi proses
pembelajaran. Untuk itu, kita dapat mengenal beberapa model dalam
pengelolaannya:
1. Model
Interaksi Sosial
Model ini menekankan
pada hubungan antarpeserta didik, peserta didik dengan guru/fasilitator, antara
peserta didik dengan alam sekitar.
2. Model
Pembelajaran Alam Sekitar
Model ini menekankan
pada bahwa peserta didik dalam memelajari sesuatu harus melihat langsung, atau
merasakan langsung apa yang di pelajari. Minimal bahan yang menjadi topik
pengajaran harus yang dirasakan oleh peserta didik dalam kehidupan sehari-hari.
3. Model
Pembelajaran Pusat Perhatian
Model ini berprinsip
bahwa peserta didik harus di didik untuk dapat hidup dalam masyarakat dan
dipersiapkan dalam masyarakat, anak harus di arahkan kepada pembentukan
individu dan anggota masyarakat.
4. Model
Pembelajaran Sekolah Kerja
Model ini berprinsip
bahwa pendidikana itu tidak hanya untuk kepentingan individu, tetapi juga demi
kepentingan masyarakat, dengan kata lain sekolah memiliki kewajiban.
5. Model
Pembelajaran Individu
Model pembelajaran ini
di desain untuk pembelajaran mandiri. Bentuk-bentuk pembelajaran ini antara
lain pola pembelajaran moduln. Penekanan pada model pembelajaran individual
adalah pada komitmen antara guru dan peserta didik.
6. Model
Pembelajaran Klasikal
Model pembelajaran
klasikal dikenal model yang palimgh efisien. Pembelajaran secara klasikal ini
memberikan arti bahwa seorang guru melakukan dua kegiatan sekaligus, yaitu:
mengelolah kelas dan mengelolah pembelajaran.
D. Permasalahan
yang Dihadapi Guru
1. Permasalahan
yang ada pada guru itu sendiri
Guru malas membaca buku
untuk menambah wawasan dan mengembangkan ilmu pengetahuan.
2. Guru
hanya terpaku pada buku yang ada saja
3. Guru
malas menginovasi dalam pembelajaran
4. Guru
malas menggunakan berbagai metode dan tidak menguasai penggunaan alat peraga
5. Guru
segan untukkonsultasi mengenai kesulitan pembelajaran dalam wadah KKG
6. Guru
malas mengadakan bimbingan bagi siswa
yang kurang menguasai pembelajaran
E. Permasalahan
Tempat Tugas
1. Tempat
tugas terlalu jauh sehingga menghabiskan waktu di perjalanan
2. Suasana
tempat tugas tidak ada kekeluargaan dan tidak kondusif sehingga membuat guru
tidak merasa nyaman
3. Kurangnya
perhatian dari kepalah sekolah tentang kelemahan guru
4. Kurang
tersedianya sarana dan prasarana di sekolah
F. Permasalahan
dari Masyarakat
1. Ada
sebagiam masyarakat yang masih kurang perhatian terhadap pendidikan
2. Dimata
masyarakat, guryu serba segalanya sehingga bila melakukan suatu kesalahan,
masyarakat langsung menghujat dan mencemooh
3. Perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat sehingga ada sebagian
masyarakat yang lebih maju dalam IPTEK di bandingkan guru itu sendiri
4. Faktor
lingkungan yang buruk sehingga ikut membentuk siswa menjadi kurang baik
5. Faktor
kebudayaan, adat istiadat, dan bahasa yang dapat juga memengaruhi pendidikan
G. Upaya
dan Dukungan Praktisi Pendidikan
Untuk meningkatkan sumber daya manusia/
pendidik bukan hanya merupakan tanggung jawab sekolah, tetapi perlu adanya
kerjasama yang baik dari pemerintah (PEMDA), komite sekolah dan masyarakat
serta adanya kerjasama antar guru. Upaya dan dukungan tersebut antara lain:
1. Penyediaan
Gedung Sekolah Bertingkat Sarana Lainnya
Meningkatakan mutun guru
melalui dinas pendidikan Kabupaten Soppeng dengan melalui
penataran-penataran dan pelatihan adanya
penyuluhan dan supervisi dari kepala sekolah, pengawa, dan kepala dinas cabang
Kecamatan Lalabata.
2. Meningkatkan
kesejahteraan guru melalui intensif
3. Adanya
kejasama antar guru dalam wadah KKG
4. Adanya
kerjasama antar guru TK/ SD atau Dinas Pendidikan
5. Peningkatan
kualitas guru denagn beasiswa PGSD DII atau SI
6. Adanya
hubungan akrab siswa dengan guru
7. Adanya hubungan akrab kepala sekolah dengan
guru
8. Penyampaian
informasi terbaru dari guru yang baru mengikuti penataran
Tidak ada komentar:
Posting Komentar