Kamis, 02 Januari 2014

Pengelolaan Kelas

BAB I 
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Pendidikan secara umum, merupakan suatu usaha untuk menambah kecakapan, pengertian dan sikap belajar dan pengalaman yang diperlukan untuk mementingkan kelangsungan hidup serta mencapai tujuan hidup. Usaha tersebut terdapat baik dalam masyarakat yang sudah maju atau masyarakat yang sangat maju.
Belajar mengajar sebagai salah satu proses merupaka suatu sistem yang tidak terlepas dari komponen-komponen lain yang saling berinterajsi di dalamnya. Salah satu komponen dalam proses tersebut adalah sumber belajar. Sumber belajar tidak lain adalah daya yang bisa dimannfaatkan guna kepentingan proses belajar mengajar, baik secara langsung ataupun tidak langsung. Olehnya itu, dalam desain pengajaran yang bisa disusun guru  terdapat salah satu komponen pengajaran. Begitu juga pendidik atau guru merupakan seorang fasilitator, yang bertugas memfasilisasi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik dalam proses pembelajaran. Seorang pendidik harus mampu membangun suasana belajar yang kondusif sehingga siswa mampu belajar sendiri.
Interaksi edukatif sebenarnya komunikasi timbal balik antara pihak yang satu dengan pihak yang lain, sudah mengandung maksud-maksud tertentu, yakni untuk mencapai pengertian bersamaan yang kemudian untuk mencapai tujuan (dalam kegiatan belajar berarti untuk mencapai tujuan belajar).
Interaksi yang dikatakan sebagai interksi edukatif, apabila secara sadar mempunyai tujuan untuk mendidik, untuk mengantarkan anak didik ke arah kedewasaannya.

B.  Rumusan Masalah
1.      Menjelaskan pengertian Interaksi edukatif !
2.      Menjelaskan ciri-ciri Interaksi edukatif !
3.      Menjelaskan Pengertian Pengelolaan Kelas !
4.      Menjelaskan permasalahan yang dihadapi oleh guru !

C.  Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui suatu kepandaian, kecakapan atau konsep yang sebelumnya tidak pernah diketahui.
2.      Dapat mengerjakan sesuatu yang sebelumnya tidak dapat berbuat, baik tingkah laku maupun keterampilan.
3.      Mampu mengombinasikan dua pengetahuan atau lebih kedalam suatu pengertian yang baru, baik keterampilan, pengetahuan, dam konsep.
4.      Dapat memahami atau menerapkan pengetahuan yang telah diperoleh. 

BAB II
PEMBAHASAN
A.  Pengertian Interaksi Edukatif
Interaksi edukatif adalah interaksi yang berlangsung dalam suatu ikatan untuk tujuan pendidikan dan pengajaran. Interaksi edukatif sebenaranya komunikasi timbal balik antara pihak yang satu dengan pihak yang lain, sudah mengandung maksud-maksud tertentu yakni untuk mencapai tujuan (dalam kegiatan belajar berarti untuk mencapai tujuan belajar).
Interaksi yang dikatakan sebagai interaksi edukatif, apabila secara sadar mempunyai tujuan untuk mendidik, untuk mengantarkan anak didik ke arah kedewasaannya.
Kegiatan komunikasi bagi diri manusia merupakan bagian yang hakiki dalam kehidupannya. Kalau dihubungkan dengan istilah interaksi edukatif sebenarnya komunikasi timbal balik antar pihak yang stu dengan pihak yang lain, sudah mengandung maksud-maksud tertentu, tidak semua bentuk dan kegiatan interaksi dalam sauatu kehidupan berlangsung dalam suasana interaksi edukatif, yang di desain untuk suatu tujuan tertentu. Demikian juga tentunya hubungan antar guru dan siswa, anak buah dengan pimpinannya, antara guru dengan pimpinannya serta lail-lain. Walaupun tidak dapat di ingkari, banyak peristiwa atau bentuk interaksi yang secara tidak sengaja atau di rencana, kadang-kadang menimbulakan pengalaman baru yang dapat dimanfaatkan oleh orang yang menyifati, sehingga di jadikan pengetahuan dan pengalaman.
Proses belajr mengajar akan senantias merupakan proses kegiatan interaksi antara dua unsur manusiawi, yakni siswa sebagai pihak uang belajar dan guru sebagai pihak yang mengajar, dengan siswa sebagai subjek pokoknya. Dalam proses interaksi antara siswa dengan guru, dibutuhkan komponen-komponen, komponen-komponen tersebut dalam berlangsungnya preoses belajar tidak dapat dipisahkan. Dan perlu di tegaskan bahwa proses teknis ini juga tidak dapat dilepasakan dari segi normatisnya, segi normatif inilah yang mendasari proses belajar mengajar. Interaksi edukatif yang secara spesifik merupakan proses atau interaksi belajar mengajar itu, memiliki ciri-ciri yang membedakan dengan bentuk interaksi yang lain.
Pendidikan dan pengajaran adalah salah satu uasaha yang bersifat sadar tujuan yang dengan sistematis terarah pada perubahan tingkah laku menuju kedewasaan anak didik. Pengajaran merupakan proses yang berfungsi membimbing para pelajar atau siswa di dalam kehidupan, yakni membimbing mengembangkan diri sesuai dengan tugas perkembangan yang harus dijalankan oleh para siswa itu. Tugas perkembangan itu akan mencakup kebutuhan hidup baik individu maupun sebagai masyarakat dan juga sebagai makhluk ciptaan Tuhan.

B.  Ciri-ciri Interaksi Edukatif
1.    Ada tujuan yang ingin dicapai
2.    Ada bahan atau pesan yang menjadi isi interaksi
3.    Ada pelajar yang aktif mengalami
4.    Ada guru yang melaksanakan
5.    Ada metode untuk mencapai tujuan
6.    Ada situasi yang memungkinkan proses belajar mengajar berjalan dengan baik
7.    Ada penilaian terhadap hasil interaksi
Untuk memahami pengetahuan tentang  interaksi edukatif atau dalam kegiatan pengajaran secara khusus dikenal dengan “Interaksi Belajar Mengajar” yang titik penekanannya pada unsur motifasi, maka telebih dulu perlu dipahami hal-hal yang mendasarinya. Sekurang-kurangnya harus memahami kapan suatu interaksi itu dikatakan sebagai interaksi edukatif, termasuk pemahaman trhadap konsep belajar dan mengajar. Setelah itu perlu dikaji tujuan pendidikan dan pengajaran sebagai dasar motifasi dengan segala jenisnya serta apapula yang dimaksud dengan motofasi dan kegiatan dalam belajar. Dan persoalan dasar yang tidak dapat ditinggalkan dalam pembicaraan interaksi belajar mengajar ini, adalah pemahaman terhadap siapa guru yang dikatakan sebagai tenaga profesional kependidikan itu dan siapa pula siswa yang dikatakan sebagai subjek belajar itu bagi guru yang memahami akan keprofesiannya dan menerti tentang diri anak didiknya, maka dapat melakukan kegiatan interaksi dan motifasi secara mantap. Kemudian operasionalisasinya, guru harus juga memahami dan melaksanakan pengelolaan interaksi belajar mengajar.



C.     Pengertian Pengelolaan Kelas
Pengelolaan kelas merupakan seperangkat perilaku yang kompleks dimana guru menggunakan untuk menata dan memelihara kondisi kelas yang akan memampukan para siswa mencapai tujuan pembelajaran yang efisien.
Lebih lanjut Wilford mengemukakan mengenai pandangan-pandangan yang bersifat filosofis dan opersional dalam pengelolaan kelas:
1.      Pendekatan otoriter
2.      Pendekatan intimidasi
3.      Pendakatan permisif
4.      Pendekatan resep makanan
5.      Pendekatan pengajaran
6.      Pendekatan modifikasi perilaku
7.      Pendekatan iklim sosio-emosional
8.      Pendekatan sistem operasi kelompok/ dinamika kelompok
Ada sejumlah rambu-rambu yang umum yang dapat di jadikan acuan baik pada konsep pengajaran maupun pendidikan:
1.      Kelas dikelolah dengan pola “Semua Keperluan”.
Maksudnya, bahwa kelas di setting sedemikian rupa untuk dapat melayani semua keperluan dari para pengguna kelas.
2.      Pencahayaan dan Kebisingan
Banyak tempat-tempat pendidikan pencahayaan ruang tidak menjadi prioritas. Di samping aspek cahaya juga aspek sirkulasi udara. Akibatnya, para siswa yang belajar cepat merasa lelah karena pengaruh dari pendengaran dan penglihatan.
3.      Tata Letak Pengaturan Kursi
Jarak antara kursi satu dengan kursi untuk siswa tidak ada aturan baku, hanya pada konsep psikologi sosial di singgung bahwa setiap manusia memiliki teritori atau wilayah pribadi. Beberapa penelitian yang dilakukan Morgan (1970) di temukan bahwa orang merasa aman jika wilayah sekitarnya memiliki jarak lingkar sekitar 0,5 s/d 1,00 m. Sedangkan jika lebih dari itu maka mereka akan merasa tersingkirkan dari lingkungan.
4.      Dinding dan Papan Tulis
Dinding di maksud dalam hal ini adalah warna dinding ruang belajar atau kelas. Banyak penelitian yang menyatakan bahwa warna ini memengaruhi kondisi psikologis dari orang yang berada di ruangan tersebut. Untuk kelas belajar sangat di sarankan warna yang dipilih adalah lembut, bukan cerah atau gelap. Sedangkan papan tulis yang di gunakan harus kontras, karena akan memengaruhi hasil tulisan.
5.      Lantai Ruang
Lantai ruang yang dimaksud  adalah lantai ruang belajar yang di gunakan untuk proses pembelajaran. Ada sebagian pendapat bahwa ruang belajar harus ditutup karpet, ada sebagian yang berpendapat tidak harus. Pendapat ini tidak perlu di pertentangkan karena kedua hal ini tidak berkaitan langsung dengan proses belajar. Hanya yang di pentingkan adalah kenyamanan yang tercipta karena warna lantai.

Dapat dikatakan bahwa tempat bekerja, areal kerja, suasana kelas sangat tergantung pada ukuran dan bentuk, serta bagaimana bagian-bagian ruang itu digunakan, termasuk di dalamnya:
·      Pengaturan meja guru, lemari penyimpanan dokumen, proyektor OHP dll
Maksudnya ialah ketiga sarana tadi harus dalam posisi yang berdekatan agar mudah di jangkau oleh guru dalam mengembangkan interaksi pembelajaran bersama siswa. Tidak ada yang baku untuk meletakkan benda-benda ini.

·      Lemari Buku
Maksudnya ialah bahwa di ruang belajar sebaiknya tersedia lemari buku. Lemari ini berfungsi baik untuk siswa atau untuk guru. Tata letak tidak ada ketentuan yang baku, hanya aspek estetika dan kepraktisan perlu diperhatikan.

Setelah kita memahami kelas sebagai sarana atau tempat proses belajar, persoalan lebih lanjut ialah bagaimana mengelolah kelas itu agar di dalamnya terjadi proses pembelajaran. Untuk itu, kita dapat mengenal beberapa model dalam pengelolaannya:
1.      Model Interaksi Sosial
Model ini menekankan pada hubungan antarpeserta didik, peserta didik dengan guru/fasilitator, antara peserta didik dengan alam sekitar.
2.      Model Pembelajaran Alam Sekitar
Model ini menekankan pada bahwa peserta didik dalam memelajari sesuatu harus melihat langsung, atau merasakan langsung apa yang di pelajari. Minimal bahan yang menjadi topik pengajaran harus yang dirasakan oleh peserta didik dalam kehidupan sehari-hari.
3.      Model Pembelajaran Pusat Perhatian
Model ini berprinsip bahwa peserta didik harus di didik untuk dapat hidup dalam masyarakat dan dipersiapkan dalam masyarakat, anak harus di arahkan kepada pembentukan individu dan anggota masyarakat.
4.      Model Pembelajaran Sekolah Kerja
Model ini berprinsip bahwa pendidikana itu tidak hanya untuk kepentingan individu, tetapi juga demi kepentingan masyarakat, dengan kata lain sekolah memiliki kewajiban.
5.      Model Pembelajaran Individu
Model pembelajaran ini di desain untuk pembelajaran mandiri. Bentuk-bentuk pembelajaran ini antara lain pola pembelajaran moduln. Penekanan pada model pembelajaran individual adalah pada komitmen antara guru dan peserta didik.
6.      Model Pembelajaran Klasikal
Model pembelajaran klasikal dikenal model yang palimgh efisien. Pembelajaran secara klasikal ini memberikan arti bahwa seorang guru melakukan dua kegiatan sekaligus, yaitu: mengelolah kelas dan mengelolah pembelajaran.

D.    Permasalahan yang Dihadapi Guru
1.    Permasalahan yang ada pada guru itu sendiri
Guru malas membaca buku untuk menambah wawasan dan mengembangkan ilmu pengetahuan.
2.    Guru hanya terpaku pada buku yang ada saja
3.    Guru malas menginovasi dalam pembelajaran
4.    Guru malas menggunakan berbagai metode dan tidak menguasai penggunaan alat peraga
5.    Guru segan untukkonsultasi mengenai kesulitan pembelajaran dalam wadah KKG
6.    Guru malas mengadakan bimbingan bagi siswa  yang kurang menguasai pembelajaran
E.     Permasalahan Tempat Tugas
1.      Tempat tugas terlalu jauh sehingga menghabiskan waktu di perjalanan
2.      Suasana tempat tugas tidak ada kekeluargaan dan tidak kondusif sehingga membuat guru tidak merasa nyaman
3.      Kurangnya perhatian dari kepalah sekolah tentang kelemahan guru
4.      Kurang tersedianya sarana dan prasarana di sekolah
F.      Permasalahan dari Masyarakat
1.      Ada sebagiam masyarakat yang masih kurang perhatian terhadap pendidikan
2.      Dimata masyarakat, guryu serba segalanya sehingga bila melakukan suatu kesalahan, masyarakat langsung menghujat dan mencemooh
3.      Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat sehingga ada sebagian masyarakat yang lebih maju dalam IPTEK di bandingkan guru itu sendiri
4.      Faktor lingkungan yang buruk sehingga ikut membentuk siswa menjadi kurang baik
5.      Faktor kebudayaan, adat istiadat, dan bahasa yang dapat juga memengaruhi pendidikan

G.    Upaya dan Dukungan Praktisi Pendidikan
Untuk meningkatkan sumber daya manusia/ pendidik bukan hanya merupakan tanggung jawab sekolah, tetapi perlu adanya kerjasama yang baik dari pemerintah (PEMDA), komite sekolah dan masyarakat serta adanya kerjasama antar guru. Upaya dan dukungan tersebut antara lain:
1.      Penyediaan Gedung Sekolah Bertingkat Sarana Lainnya
Meningkatakan mutun guru melalui dinas pendidikan Kabupaten Soppeng dengan melalui penataran-penataran  dan pelatihan adanya penyuluhan dan supervisi dari kepala sekolah, pengawa, dan kepala dinas cabang Kecamatan Lalabata.
2.      Meningkatkan kesejahteraan guru melalui intensif
3.      Adanya kejasama antar guru dalam wadah KKG
4.      Adanya kerjasama antar guru TK/ SD atau Dinas Pendidikan
5.      Peningkatan kualitas guru denagn beasiswa PGSD DII atau SI
6.      Adanya hubungan akrab siswa dengan guru
7.       Adanya hubungan akrab kepala sekolah dengan guru
8.      Penyampaian informasi terbaru dari guru yang baru mengikuti penataran
















                                                                                                                             




Tidak ada komentar:

Posting Komentar