Kamis, 07 Januari 2016

Tayamum


Tayamum
Tayamum adalah mengusapkan debu pada muka dan kedua tangan sampai siku dengan beberapa syarat tertentu sebagai pengganti wudlu akibat suatu udzur (berhalangan) memakai air dengan menghilangkan najis terlebih dahulu.
أخْبرنا مالِكِ عنْ عبْدِالرحمن بْنِ الْقاسِمِ عنْ ابِيْهِ عنْ عائِيْشة قالتْ: كُنا مع النبِيِ صلى الله عليه وسلم فِي بعْضِ أّسْفارِهِ فانْقطع عقْدٌ لِي فأّقام النبِيُ صلى الله عليه وسلم على إِلْتِماسِهِ وليْس معهُمْ مأٌ  فنزلتْ آيةٌ التيمُمِ.
Artinya: telah menghabarkan kepada kami Malik dari Abdirrahman bin Qasim dari ayahnya dari ‘Aisyah, dia telah berkata:”kami bersama Nabi SAW dalam sebuah perjalanan, kemudian kalungku terjatuh. Rasulullah kemudian ikut mencari, sedang para sahabat yang berbeda dalam rombongan tidak memiliki persediaan air. Karena itu, turun ayat yang memerintahkan tayamum.”
Adapun Asbabun wurud dari hadits diatas adalah ketika Rasulullah SAW dan para sahabat melakukan perjaanan, tiba-tiba kalung milik Aisyah istri Nabi terjatuh, kemudian rombongan berhenti sejenak untuj mencari kalung tersebut, dan ditempat itu tidak ada mata air, dan tbalah waktu sholat. Semua sahabat sibuk mencari air sedangkan ada seorang yang hanya berdiam diri, kemudian disusullah oleh Nabi dan ditanya, “kenapa kamu hanya berdiam diri?” kemudian sahabat itu menjawab, “aku bingung Ya Rasulullah, aku dan istriku berhabats besar karena junub, sedangkan tidak air di sekitar sni.” Kemudian Rasulullah menjawab, “ ambillah debu dan usaplah wajah dan kedua tanganmu.”
Yang dimaksud ayat tayamum adalah ayat 6 dari surat al Maidah yang menegaskan: “Hai orang-orang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan sholat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan usaplah kepalamu, dan basuhlah kakimu sampai dengan kedua mata kaki. Dan jika kamu junub, maka mandilah. Dan jika kamu sakit, atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (toilet) atau menyentuh perempuan lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayamumlah dengan tanah yang baik (bersih): sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak ingin menyulitkan kamu,tetapi Dia ingin membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, agar kamu bersyukur”
Tayamum adalah pelaksanaan bersuci sebagai ganti dari wudlu’ dan mandi jinabat. Dalam pelaksanaannya, tidak ada bedanya antara tayamum wudlu’ dengan tayamum mandi jinabat, yang membedakan hanyalah niat di dalam hati, sedang pelaksanaannya sama, hanya mengusap muka dan kedua tangan sampai siku dengan debu yang suci.
أخْبرناإِبْراهِيْمُ بْنُ مُحمدٍعنْ أ بِي الحُويْرِثْ  عبْدِالرَحْمَنِ بْنِ مُعَاوِيةِ عنْ اْلاعرجِ عنْ ابْن صمةِ  عنْ رسُوْلِ اللهٖ صلى الله عليه وسلم تيممُ فمسح وجْههُ وذِراعِيهِ
Artinya: telah mengkhabarkan kepada kami Ibrahim bin Muhammad dari Abi Huwarits Abdirrahman bin Muawwiyah dari A’raj dari Ibnu Shammah, da telah berkata: “Rasulullah SAW telah melaksanakan tayammum, beliau mengusap muka dan mengusap kedua lengan tangannya.
1.        Adapun syarat-syarat yang diperbolehkan untuk melakukan tayamum adalah:  Tidak adanya air, dan sudah mencari kemana-mana namun tetap tidak ada. Jarak tidak menjadi alasan untuk mendapatkan air, selama masih bisa menemukan air, dan tidak ada kesusahan dalam mendapatkannya maka masih diutamakan untuk menggunakan air.
2.        Menggunakan debu yang suci.
3.        Sudah masuk waktu sholat fardlu, jika sudah masuk waktu sholat maka bersegeralah untuk bertayamum dan sholat. Jika ditengah-tengah mengerjakan sholat datang perkara yang membatalkan sholat, misalnya turun hujan, maka dalam kitab Bidayatul Mujtahid terdapat dua pendapat. Menurut Imam Syafi’i dan Imam Maliki tidak batal, karena dilihat dari awal mengerjakan sholat belum datang perkara yang membatalkan tayamum. Namun menurut Imam Abu Hanifah, Abu Dawud dan Imam Ibnu Hambal, perkara ini membatalkan tayamum. Karena dilihat dari esensinya yang mengatakan bahwa bila datang perkara yang membatalkan tayamum maka batallah tayamum itu.
4.        Tayamum dikhususkan pada hal yang bersifat fardlu, misalnya sholat fardlu yang lima waktu.

Keterampilan Mengajar Guru


NAMA            : ANDI NURUL HIDAYATULLAH
NIM                : 20200113009
JURUSAN      : PENDIDIKAN BAHASA ARAB

KETERAMPILAN MENGAJAR GURU

Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan melibatkan berbagai aspek yang saling berkaitan. Oleh karena itu, untuk mewujudkan pembelajaran yang efektif diperlukan berbagai keterampilan yaitu keterampilan mengajar dalam hal ini membelajarkan. Keterampilan mengajar atau membelajarkan merupakan kompetensi pedagogik yang cukup kompleks karena merupakan integrasi dari berbagai kompetensi guru secara utuh dan menyeluruh.   
Mengajar merupakan jenis kegiatan yang sangat kompleks, yang mengandung banyak tindakan, baik mencakup teknik penyampaian materi, penguunaan metode, penggunaan media, pembimbingan belajar anak, pemberian motivasi, pengelolaan kelas, pemberian penilaian, dan seterusya. Oleh karena itu, seorang guru hendaknya memahami beberapa keterampilan mengajar terlebih dahulu, agar proses pembelajaran dapat terlaksana dengan baik.
            Dalam proses pembelajaran, terdapat tiga komponen penting, yaitu: membuka pelajaran, proses berlangsungnya pelajaran, dan menutup pelajaran. Ketiga komponen tersebut memiliki prinsip masing-masing.
Membuka pelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk menciptakan suasana siap mental dan menimbulkan perhatian siswa/siswi agar terpusat pada hal-hal yang akan dipelajari. Dalam membuka pelajaran, terdapat beberapa keterampilan yang harus dikuasai oleh guru di antaranya menarik perhatian, menumbuhkan motivasi belajar, memberikan acuan belajar, dan lain-lain.
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan oleh guru untuk menarik perhatian siswa-siswi terhadap pelajaran yang akan disajikan, antara lain melalui gaya mengajar guru, penggunaan media dan sumber belajar yang bervariasi, serta penguunaan pola interaksi belajar-mengajar yang bervariasi.
Dalam menumbuhkan motivasi belajar siswa-siswi ini, dapat dilakukan melalui empat cara, yakni guru hendaknya memiliki sikap ramah dan antusias agar siswa-siswi dapat semangat dan senang mengawali pembelajaran. Seorang guru hendaknya membangkitkan rasa ingin tahu siswa-siswi dengan bercerita, mendemonstrasikan suatu peristiwa, atau dengan bertanya. Guru dapat pula mengemukaan beberapa ide yang bertentangan, serta memperhatikan minat belajar siswa siswi dengan memperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhi seperti usia, jenis kelamin, lingkungan, adat, budaya, status sosial ekonomi dan sebagainya.
Pun dalam mengajar dibutuhkan ketrerampilan mengajar. Ada yang mengatakan bahwa “berpikir itu sendiri adalah bertanya”. Bertanya merupakan ucapan verbal yang meminta respon dari seseorang yang dikenal. Respon yang di berikan dapat berupa pengetahuan sampai dengan hal-hal yang merupakan hasil pertimbangan. Jadi bertanya merupakan stimulus efektif yang mendorong kemampuan berpikir.
Namun ada hal yang harus diingat tentang keterampilan tersebut, yaitu guru seyogyanya menghindari pertanyaan yang memancing jawaban serentak. Hal itu bertujuan agar guru dapat melihat  mana jawaban yang paham dan  yang belum paham.
Setiap guru mestinya mampu memberikan penguatan  kepada siswa yang menunjukkan perbuatan atau prestasi yang baik, baik secara verbal maupun non verbal. Pun guru dalam mengajar semestinya mengadakan variasi, baik variasi dalam cara mengajara, gaya mengajar, maupun pola interaksi dan lain-lain sebagainya.
Terakhir, seorang guru yang terampil mampu mengelolah kelas dengan baik. Memberikan pendekatan yang sesuai dengan kondisi dan keadaan yang terjadi dalam kelas yang dihadapinya.  Mengelolah kelas juga merupakan keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses belajar mengajar.

Al-Kinayah


A.      Pengertian Kinayah
Arti kinayah menurut lughat adalah perkataan yang tidak jelas, sedangkan  menurut istilah adalah  lafadz yang diucapkan dan dikehindaki kelaziman maknanya, dengan adanya pertanda yang tidak menghalangi untuk menghendaki makna aslinya.
Al-Mubarrid dalam kitabnya al-Kamil, ia mendefinisikan kinayah dengan tiga pengertian, a) untuk menutupi makna yang sebenarnya, b) untuk mengagunngkan dan c) untuk menghindari kata-kata yang kotor.
Quddamah bin Ja’far. Buku karangannya yang berjudul Naqd al-Syi’ri, ia mengungkapkan bahwa kinayah itu bermakna irdaf, yaitu mencari kata-kata lain yang semakna dengan kata-kata dimaksud.
Abu Husain ahmad bin Faris. Dalam kitabnya ash-Shahiby, ia menjelaskan bahwa dengan melihat tujuannya, kinayah pada dasarnya mempunyai dua jenis, yaitu kinayah taghtiyah dan tabjil. Kinayah jenis pertama digunakan dengan cara menyebut sesuatu bukan dengan namanya, agar terlihat baik dan indah. Pengungkapan seperti ini juga bertujuan untuk memuliakan sesuatu yang disebut. Sedangkan yang jenis kedua bertujuan agar yang disebutkan terhindar dari kehinaan, seperti ungkapan ابو فلان .
 Abd al-qohir al-Jurjani. Di dalam kitab I’jaz al-Qur’an, Abd al-qohir al-Jurjani mengatakan “kinayah adalah seorang mutakallim yang bermaksud menetapkan satu dari beberapa makna dengan tidak mengungkapkannya dengan ungkapan yang digunakan pada umumnya. Akan tetapi dia mengungkapkannya dengan makna berikutnya atau ungkapan yang semakna dengannya.”
Pengertian Abd al-qohir al-Jurjani tentang kinayah, terutama mengenai konsep ridf (makna sepadan) hamper sama apa yang dikemukakan oleh Quddamah bin Ja’far. Dia memasukkan kinayah ke dalam jenis I’tilaf al-lafzhi bi al-makna. Quddamah menyebut juga dengan istilah irdaf. Sedangkan Abu Hilal al-‘Askari menyebutnya dengan istilah irdaf dan tawabi.

B.  Tujuan Kinayah
Dan tujuan kinayah adalah:
1.      Menjelaskan:
Contoh: طويل النجاد=bagi orang yang tinggi
2.      Mempersingkat
Contoh:فلان مهزول الفصيل= si fulan kurus anak sapinya
3.      Menutupi nama orang
Contoh:اهل الدار= penghuni rumah. Kinayah dari isterinya
4.      Memelihara kesopanan dari kata-kata buruk
Contoh:اولمستم النساء

C.  Pembagian Kinayah
·      Kinayah dengan melihat makna yang dikehendaki terbagi menjadi tiga macam, yaitu:
1.      Kinayah tentang Sifat (كناية عن صفة)
Untaian kata-kata yang merupakan kinayah dari sifat yang sesuai dengan maknanya. Contoh:
Al-Khansa berkata dengan saudara laki-lakinya, Shakhr:
طويل النجاد رفيع العماد # كثير الرماد إذا ما شتا
Ia adalah orang yang panjang sarung pedangnya, tiangnya tinggi, dan banyak abu dapurnya bila ia bermukim.
            Pada contoh tersebut, Khansa menyifati saudara laki-lakinya bahwa panjang sarung pedangnya, tiangnya tinggi, dan banyak abunya. Untaian ini dia maksudkan untuk menunjukkan bahwa saudara laki-lakinya itu seorang pemberani, terhormat di lingkungan kaumnya, dan dermawan.
2.      Kinayah tentang Orang/Benda (كناية عن موصوف)
Untaian kata yang menjadi kinayah dari dzat yang sesuai dengan maknanya. Contoh:
Seorang penyair berkata:
الضاربين بكلّ أبيض مخذم # و الطاعنبن مجامع لأضغان
(Sungguh terpuji) orang-orang yang memukuldengan seluruh pedang tajam yang putih dan menusuk tempat berkumpulnya kedengkian.
Pada contoh tersebut, penyair bermaksud menyifati orang-orang yang dipujinya, bahwa mereka menusuk hati dalam perang. Namun, ia memalingkan ungkapan yang sharih dari ungkapan yang menyentuh jiwa, yaitu dengan kata majaami’al-adhghaani (tempat berkumpulnya kedengkian) karena dari kata itu dapatlah kita pahami keberadaan hati, yakni tempat berkumpulnya kedengkian, kemarahan, kesombongan, dll.
3.      Kinayah tentang Nisbah (كناية عن نسبة)
Menggunakan sifat dan dikaitkan dengan maushuf (orang/benda). Contoh:
المجد بين ثوبيك # و الكرم ملء برديك
Keagunganmu berada di kedua pakaianmu, dan kemuliaan itu memenuhi kedua baju burdahmu.
Pembicara bermaksud menisbatkan keagungan dan kemuliaan kepada orang yang diajak bicara.Namun, ia tidak menisbatkan kedua sifat itu secara langsung kepadanya, melainkan kepada sesuatu yang berkaitan dengannya, yakni dua pakaian dan dua selimut.

·      Kinayah terbagi lagi dengan melihat perantara atau kelazimannya dan susunannya menjadi empat macam yaitu:
1.      Ta’ridh
Yaitu perkataan yang tidak terang maksudnya seperti ucapan kepada orang yang menyakitkan:
المسلم من سلم المسلمون من لسانه
”Seorang muslim yang sebenarnya adalah yang tidak mengganggu muslim yang lainnya dengan lisan da tangannya”
Contoh tersebut mengisyaratkan tiadanya sifat islam dari orang yang menyakiti.
2.      Tahwih
Yaitu berisi isyarat kepada orang lain dari jauh.
Contoh:
ومايك في من عيب فاءني جبان الكلب مهموزو الفصيل
”tiada cacat bagi diriku karena sesungguhnya aku, adalah pengecut anjingnya
dan kurus anak sapinya.”
3.      Ramzu
Yaitu berisi isyarat isyarat kepada orang lain yang berjarak dekat.
Contoh:
الوساد فلان عريش القفء.او عريش
Si fulan itu lebar tengkuknya, atau lebar bantalnya, Contoh diatas sebagai sindiran tentang kebodohannya.
4. Iima’ atau al-Isyarah
Seperti ucapan penyair ;
اومارايتالمجدالفيرحلة في ال طلحة ثم لم يتحول
“Apakah anda tidak melihat keluhuran, yang telah menjatuhkan tempat pemondokannya, pada keluarga Talhah kemudian ia berpindah-pindah.”
Syair tersebut sebagai kinayah tentang keluarga Talhah yang memang luhur budinya.