Kamis, 28 Juli 2016

Jeneponto pun Punya Cerita


Tema kali ini tentang perkampungan bahasa yang diadakan oleh jurusan Pendidikan Bahasa Arab di MAN Binamu Jeneponto sekitar akhir bulan Februari 2016 kemarin. Tema ini terangkat dari request salah seorang teman dari tim rombongan kami ke sana. Awalnya beliau mengajukan dua pilihan tema untuk saya kemas melalui beberapa rangkaian kata yang menjadi kalimat hingga akhirnya membentuk sebuah paragraf yang akrab saya bahasakan sebagai “Goresan Pena”. Dan pada akhirnya hati saya mulai tergerak untuk mencurahkannya. (ehh kalimat tidak  jelas itu di abaikan sajalah hahhaah).
Kegiatan itu dilaksanakan selama enam hari yang merupakan salah satu ajang penyambung silaturahim antara Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar terkhusus lagi jurusan Pendidikan Bahasa Arab di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan dengan MAN Binamu Jeneponto sekaligus ajang sosialisasi jurusan. Kegiatan ini telah memasuki tahun kedua terlaksananya yang sebelumnya dilaksanakan di Malino dan Bantaeng. Sosialisasi jurusan ini sebelumnya diadakan dalam bentuk perlombaan yang dilaksanakan di area kampus UIN-AM dengan mengundang kafilah-kafilah dari berbagai sekolah yang tersebar di penjuru Sulawesi Selatan dan sekitarnya. Namun kegiatan tersebut kurang efektif sehingga para pesohor jurusan berinisiatif untuk menggantinya dengan perkampungan bahasa.
Sebelum saya dan sebelas orang lainnya teman yang terpilih sebagai kandidat mahasiswa jurusan Pendidikan Bahasa Arab itu berangkat ke TKP, kami yang kala itu sebagian besar masih berada di kampung halaman masing-masing menikmati sisa liburan ditelpon oleh salah seorang dosen kami yang menangani kasus ini (sudah pake kata TKP, sekarang pake kata kasus. Cerita ini di ranah pendidikan atau ranah hukum yaak? Ckckck). Yang kemudian berawal dari informasi itu kami menindak lanjutinya dengan berkumpul di ruangan jurusan dan mengadakan rapat sebagai persiapan awal kami kesana.
Singkat cerita, hari keberangkatan ke TKP itu bertepatan pada hari Senin, 22 Februari 2016. Pemberangkatan dilaksanakan dua keloter dengan jumlah rombongan yang datang sebanyak 19 orang. Di antaranya ayahanda kami ketua jurusan Pendidikan Bahasa Arab yang membuka kegiatan dan didampingi oleh dua orang dosen kami dari staf jurusan, dua orang kakanda senior yang mengarahkan dengan baik dan menyenangkan, dua orang musyrif yang cerdas dan tentunya ada kami kakak-kakak pendamping yang kece, cantik, ganteng dan ramah-ramah itu yang disebut sebagai tim 12. Kedatangan kami disambut hangat oleh warga sekolah.
Selama kegiatan berlangsung, pendamping putri ditempatkan di asrama putri, sedangkan pendamping putra di tempatkan di ruang UKS yang letaknya di barisan kelas yang berada tepat di depan gedung asrama putri yang kami tempati. Setiap hari aktifitas kami hanya berputar antara asrama, mesjid dan ruang kelas yang berada dalam satu lingkup sekolah. Iya, tak lain dan tak bukan asramalah yang menjadi saksi bisu awal keakraban yang kami jalin mulai dari keluguaan di hari pertama sampai kegilaannya kami di hari ketiga sampai akhir kegiatan. Mesjid adalah tempat berkumpul dan bertemunya antara kakak-kakak dan adik-adik. Tempat yang menjadi saksi sejarah perkenalan perdana kami dengan mereka (cieee). Dan ruang kelas yang sudah sangat mindstream sebagai tempat belajar, berbagi, latihan, bercanda, bermain, bernyanyi atau apalah yah hehheh.
Yang berkesan selama kegiatan ialah kami punya seorang ibu yang sangat lihai mengenai hal yang paling urgent di salah satu kebutuhan kami yaitu kampung tengah. Seorang ibu yang tinggal di lingkungan sekolah bersama suami dan dua orang putrinya. Beliau punya waktu khusus buat kami, persis tiga kali sehari. Setiap pukul 08.00 a.m., pukul 15.00 p.m. dan setelah shalat magrib. Setiap waktu itu beliau menyapa kami dengan sapaan yang belum pernah kami temukan sebelumnya di tempat lain. Paginya beliau membawa tentengan rempong minuman hangat dan kue untuk kami, yang kala itu masih berjejer rapi di peraduan kami dengan posisi masing-masing masih dengan bantal, mata tertutup dan setengah sadar. “Masih tidur? Sudah makan?” yah itulah sapaan khas ibu yang kental dengan logat Jenepontonya.
Dan yang tak kala menariknya lagi, terkadang waktu tidur, kami habiskan untuk membahas kegiatan yang akan kami laksanakan. Orang sering menyebutnya “rapat”. Rapat diadakan di sekret pendamping yang sebenarnya penamaan sekret itu hanyalah formalitas belaka, karena sekret yang kami maksud di sini adalah ruang UKS yang tak lain dan tak bukan tempat peristirahatan terakhirnya teman pendamping putra (ehh... iya, memang gak salah sebut :D). Juga masih ada tempat bincang-bincang lepasnya kami itu di bale-bale yang mengantarai asrama putri dengan ruangan istirahat putra. Di tempat itu kadang kami menghabiskan waktu sampai dini hari sambil menikmati suasana malam sekolah dan saling berbagi cerita setelah seharian beraktifitas dan berbaur dengan adik-adik.
Oh iya, kami pernah mengalami kejadian unik. Ceritanya di hari kelima ketua rombongan sekaligus dosen yang mendampingi kami selama kegiatan di sana kembali ke kampus untuk mengikuti acara penting. Sementara kami yang Tim 12 ini beserta kakak senior berinisiatif untuk jalan-jalan ke salah satu destinasi Jeneponto, sebut saja air terjun Bossolo. Salah satu alasan kami kenapa tiba-tiba berencana pergi karena kami punya waktu senggang dari pagi sampai siang. Meskipun kepergian kami bisa dibilang sangat beresiko. Meninggalkan sekolah, tanpa sepengetahuan ketua rombongan. Walhasil diperjalanan menuju tempat tujuan saya jatuh dari motor (mungkin karena ban motornya keseleo kali yah, hehehe). Meskipun demikian, rasa sakit saat itu terbayarkan oleh keindahan pemandangan dan kesejukan angin sepoi yang menyambut kami di air terjun Bossolo. Setelah take a picture bareng biar menyisakan wujud di berkas kenangan, kami dengan penuh rasa cemas kembali ke sekolah. Iya, cemas tentang kepergian serentak tanpa izin itu. Dan o’oo.. kedatangan kami di sekolah telah disambut oleh ketua rombongan beserta sekertaris jurusan. Karena malamnya adalah malam terakhir yang ditutup oleh sambutan hangat dari sekertaris jurusan.
Malam terakhir kami di MAN Binamu ditandai dengan kegiatan terakhir yang sangat berkesan, yaitu lomba drama bahasa Arab, dan penutupan dengan diumumkannya hasil perlombaan selama kegiatan berlangsung. Meskipun waktu latihan bisa dibilang sangat singkat, tapi adik-adik sangat luar biasa,  antusias dan mampu memerankan berbagai karakter dengan baik penuh pembawaan dan penghayatan. Terima kasih atas kerja sama dan kerja kerasnya sudah menampilkan yang terbaik. Terima kasih sudah menyambut hangat kedatangan kami. Semangat belajarnya semoga tetap terjaga. Terima kasih seminggu itu telah banyak memberi arti, pun teman-teman, kakak-kakak, dan Ayahanda beserta Ibunda kami tercinta. Terima kasih sudah memberi kami pengalaman yang sangat berharga.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar