Tema
kali ini tentang perkampungan bahasa yang diadakan oleh jurusan Pendidikan
Bahasa Arab di MAN Binamu Jeneponto sekitar akhir bulan Februari 2016 kemarin.
Tema ini terangkat dari request salah seorang teman dari tim rombongan
kami ke sana. Awalnya beliau mengajukan dua pilihan tema untuk saya kemas
melalui beberapa rangkaian kata yang menjadi kalimat hingga akhirnya membentuk
sebuah paragraf yang akrab saya bahasakan sebagai “Goresan Pena”. Dan pada
akhirnya hati saya mulai tergerak untuk mencurahkannya. (ehh kalimat tidak jelas itu di abaikan sajalah hahhaah).
Kegiatan
itu dilaksanakan selama enam hari yang merupakan salah satu ajang penyambung
silaturahim antara Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar terkhusus lagi
jurusan Pendidikan Bahasa Arab di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan dengan MAN
Binamu Jeneponto sekaligus ajang sosialisasi jurusan. Kegiatan ini telah
memasuki tahun kedua terlaksananya yang sebelumnya dilaksanakan di Malino dan
Bantaeng. Sosialisasi jurusan ini sebelumnya diadakan dalam bentuk perlombaan
yang dilaksanakan di area kampus UIN-AM dengan mengundang kafilah-kafilah dari
berbagai sekolah yang tersebar di penjuru Sulawesi Selatan dan sekitarnya. Namun
kegiatan tersebut kurang efektif sehingga para pesohor jurusan berinisiatif
untuk menggantinya dengan perkampungan bahasa.
Sebelum
saya dan sebelas orang lainnya teman yang terpilih sebagai kandidat mahasiswa
jurusan Pendidikan Bahasa Arab itu berangkat ke TKP, kami yang kala itu
sebagian besar masih berada di kampung halaman masing-masing menikmati sisa
liburan ditelpon oleh salah seorang dosen kami yang menangani kasus ini (sudah
pake kata TKP, sekarang pake kata kasus. Cerita ini di ranah pendidikan
atau ranah hukum yaak? Ckckck). Yang kemudian berawal dari informasi itu kami
menindak lanjutinya dengan berkumpul di ruangan jurusan dan mengadakan rapat
sebagai persiapan awal kami kesana.
Singkat
cerita, hari keberangkatan ke TKP itu bertepatan pada hari Senin, 22 Februari
2016. Pemberangkatan dilaksanakan dua keloter dengan jumlah rombongan yang
datang sebanyak 19 orang. Di antaranya ayahanda kami ketua jurusan Pendidikan
Bahasa Arab yang membuka kegiatan dan didampingi oleh dua orang dosen kami dari
staf jurusan, dua orang kakanda senior yang mengarahkan dengan baik dan
menyenangkan, dua orang musyrif yang cerdas dan tentunya ada kami kakak-kakak
pendamping yang kece, cantik, ganteng dan ramah-ramah itu yang disebut sebagai
tim 12. Kedatangan kami disambut hangat oleh warga sekolah.
Selama
kegiatan berlangsung, pendamping putri ditempatkan di asrama putri, sedangkan
pendamping putra di tempatkan di ruang UKS yang letaknya di barisan kelas yang berada
tepat di depan gedung asrama putri yang kami tempati. Setiap hari aktifitas
kami hanya berputar antara asrama, mesjid dan ruang kelas yang berada dalam
satu lingkup sekolah. Iya, tak lain dan tak bukan asramalah yang menjadi saksi
bisu awal keakraban yang kami jalin mulai dari keluguaan di hari pertama sampai
kegilaannya kami di hari ketiga sampai akhir kegiatan. Mesjid adalah tempat
berkumpul dan bertemunya antara kakak-kakak dan adik-adik. Tempat yang menjadi
saksi sejarah perkenalan perdana kami dengan mereka (cieee). Dan ruang kelas
yang sudah sangat mindstream sebagai tempat belajar, berbagi, latihan,
bercanda, bermain, bernyanyi atau apalah yah hehheh.
Yang
berkesan selama kegiatan ialah kami punya seorang ibu yang sangat lihai mengenai
hal yang paling urgent di salah satu kebutuhan kami yaitu kampung tengah.
Seorang ibu yang tinggal di lingkungan sekolah bersama suami dan dua orang
putrinya. Beliau punya waktu khusus buat kami, persis tiga kali sehari. Setiap
pukul 08.00 a.m., pukul 15.00 p.m. dan setelah shalat magrib. Setiap waktu itu
beliau menyapa kami dengan sapaan yang belum pernah kami temukan sebelumnya di
tempat lain. Paginya beliau membawa tentengan rempong minuman hangat dan kue
untuk kami, yang kala itu masih berjejer rapi di peraduan kami dengan posisi
masing-masing masih dengan bantal, mata tertutup dan setengah sadar. “Masih
tidur? Sudah makan?” yah itulah sapaan khas ibu yang kental dengan logat
Jenepontonya.
Dan
yang tak kala menariknya lagi, terkadang waktu tidur, kami habiskan untuk
membahas kegiatan yang akan kami laksanakan. Orang sering menyebutnya “rapat”.
Rapat diadakan di sekret pendamping yang sebenarnya penamaan sekret itu
hanyalah formalitas belaka, karena sekret yang kami maksud di sini adalah ruang
UKS yang tak lain dan tak bukan tempat peristirahatan terakhirnya teman
pendamping putra (ehh... iya, memang gak salah sebut :D). Juga masih ada tempat
bincang-bincang lepasnya kami itu di bale-bale yang mengantarai asrama putri
dengan ruangan istirahat putra. Di tempat itu kadang kami menghabiskan waktu
sampai dini hari sambil menikmati suasana malam sekolah dan saling berbagi
cerita setelah seharian beraktifitas dan berbaur dengan adik-adik.
Oh
iya, kami pernah mengalami kejadian unik. Ceritanya di hari kelima ketua
rombongan sekaligus dosen yang mendampingi kami selama kegiatan di sana kembali
ke kampus untuk mengikuti acara penting. Sementara kami yang Tim 12 ini beserta
kakak senior berinisiatif untuk jalan-jalan ke salah satu destinasi Jeneponto,
sebut saja air terjun Bossolo. Salah satu alasan kami kenapa tiba-tiba berencana
pergi karena kami punya waktu senggang dari pagi sampai siang. Meskipun kepergian
kami bisa dibilang sangat beresiko. Meninggalkan sekolah, tanpa sepengetahuan
ketua rombongan. Walhasil diperjalanan menuju tempat tujuan saya jatuh
dari motor (mungkin karena ban motornya keseleo kali yah, hehehe). Meskipun demikian,
rasa sakit saat itu terbayarkan oleh keindahan pemandangan dan kesejukan angin
sepoi yang menyambut kami di air terjun Bossolo. Setelah take a picture bareng
biar menyisakan wujud di berkas kenangan, kami dengan penuh rasa cemas kembali
ke sekolah. Iya, cemas tentang kepergian serentak tanpa izin itu. Dan o’oo..
kedatangan kami di sekolah telah disambut oleh ketua rombongan beserta
sekertaris jurusan. Karena malamnya adalah malam terakhir yang ditutup oleh sambutan
hangat dari sekertaris jurusan.
Malam
terakhir kami di MAN Binamu ditandai dengan kegiatan terakhir yang sangat
berkesan, yaitu lomba drama bahasa Arab, dan penutupan dengan diumumkannya
hasil perlombaan selama kegiatan berlangsung. Meskipun waktu latihan bisa
dibilang sangat singkat, tapi adik-adik sangat luar biasa, antusias dan mampu memerankan berbagai
karakter dengan baik penuh pembawaan dan penghayatan. Terima kasih atas kerja
sama dan kerja kerasnya sudah menampilkan yang terbaik. Terima kasih sudah
menyambut hangat kedatangan kami. Semangat belajarnya semoga tetap terjaga.
Terima kasih seminggu itu telah banyak memberi arti, pun teman-teman,
kakak-kakak, dan Ayahanda beserta Ibunda kami tercinta. Terima kasih sudah
memberi kami pengalaman yang sangat berharga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar